Search

Harga Batu Bara Lesu, Saham ADRO dan BUMI Cs kok Melesat?

Harga Batu Bara Lesu, Saham ADRO dan BUMI Cs kok Melesat?

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham emiten pertambangan batu bara kompak menguat pada perdagangan Rabu ini (11/9/2019), di tengah turunnya harga batu bara acuan Indonesia dan koreksi harga komoditas energi ini di pasar global.

Data perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 11.13 WIB, mencatat saham batu bara dengan penguatan tertinggi dicatatkan PT Indika Energy Tbk. (INDY) yang melesat 4,11% di level Rp 1.515/saham dengan nilai transaksi Rp 15,63 miliar dan volume 10,32 juta saham. Indika fokus pada dua anak usaha di tambang batu bara yakni PT Kideco Jaya Agung dan PT Petrosea Tbk (PTRO).

Saham PTRO naik tipis hanya 0,68% di level Rp 1.470/saham.

Berikutnya ada saham PT Delta Dunia Makmur Tbk. (DOID) yang melesat 3,70% di level Rp 392/saham dengan nilai perdagangan Rp 10,28 miliar dan volume 26,06 juta saham.

Lalu saham PT Adaro Energy Tbk. (ADRO) yang juga naik 2,84% di level Rp 1.445/saham, dengan nilai transaksi Rp 88,66 miliar dan volume perdagangan 61,16 juta saham.

Lainnya yakni PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) sahamnya melonjak 2,13% di level Rp 96/saham dengan nilai transaksi Rp 12,72 miliar dan volume perdagangan 132 juta saham.

Ada pula saham emiten BUMN, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) juga naik 1,89% di level Rp 2.700/saham dengan nilai transaksi Rp 50.82 miliar dan volume 18,85 juta saham.

Saat ini harga batu bara masih di level rendah. Harga acuan batu bara RI merosot ke level di bawah US$ 70/metrik ton pada September 2019. Harga acuan komoditas emas hitam RI ini akhirnya berada di angka US$ 65,79/metrik ton.
Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi mengatakan penyebab turunnya HBA (Harga Batu Bara Acuan) di September karena dipengaruhi oleh peningkatan produksi dalam negeri batu bara China dan India.

"Menyebabkan pembatasan impor batu bara dari Indonesia oleh China dan India, dan masih berlanjutnya perang dagang antara negara China dan AS serta menurunnya permintaan batu bara dari Eropa," kata Agung, di Jakarta, Senin (9/9/2019).

Pada 9 September, harga batu bara di pasar ICE Newcastle berada di US$ 67/metrik ton. Anjlok 2,05% dibandingkan posisi penutupan akhir pekan lalu. Sejak awal tahun, harga komoditas andalan ekspor Indonesia ini sudah amblas lebih dari 30%.


Akan tetapi, koreksi harga yang sudah sangat dalam itu membuat batu bara menurut Tim Riset CNBC Indonesia punya peluang untuk rebound. Selain itu, kenaikan harga juga bisa ditunjang oleh peningkatan permintaan.

Alasannya impor batu bara total China mencapai 32,9 juta ton (naik 13,4% year-on-year). Permintaan batu bara lignit dari China sepanjang musim panas meningkat. Peningkatan permintaan batu bara dikarenakan suhu udara yang terlampau panas sehingga, penggunaan pendingin ruangan meningkat drastis.

Dengan peningkatan kebutuhan batu bara di China pada musim panas, Indonesia sebagai eksportir terbesar batu bara ke China sejak 2016, diprediksi bakal kena dampak positif.

Berdasarkan data yang dikutip dari riset Mirae Aset Sekuritas, jumlah stok batu bara di 6 pembangkit listrik terbesar di China mengalami penurunan sebesar 0,5%. Hingga akhir Agustus, jumlah stok yang tersedia adalah 16,4 juta ton. Jumlah tersebut diprediksi akan terus turun sehingga diharapkan mampu mengerek sentimen positif untuk harga batu bara minggu ini.

(tas/hps)

Halaman Selanjutnya >>>>




Bagikan Berita Ini

0 Response to "Harga Batu Bara Lesu, Saham ADRO dan BUMI Cs kok Melesat?"

Post a Comment

Powered by Blogger.