Luhut: Dulu 98% Nikel Diekspor ke China, Sekarang Setop
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan menegaskan ekspor nikel selama ini paling banyak ke China. Kini, sudah saatnya Indonesia meningkatkan nilai tambah di dalam negeri dengan melarang ekspor semua kadar nikel.
"Saya ingin menggarisbawahi selama ini kita ekspor nikel 98% ke China, sehingga di China berkembanglah lithium battery, mobil listrik, sampai stainless steel," kata Luhut di Jakarta, Selasa (3/9).
Ia mengatakan selama ini ekspor nikel dalam bentuk bijih yang masih minim proses dan nilai tambah.
"Kita hanya ekspor tanah dengan, yang dalam satu ton tanah hanya berapa kilogram nikel. Sekarang kita tutup. Kita tutup maka semua industri industri yang tadi dengan teknologi yang harus dipenuhi 4 syarat, itu mau relokasi ke Indonesia. Bagus atau jelek?" tegas Luhut.
Luhut menegaskan semua bijih nikel dengan kadar rendah atau tinggi tetap dilarang untuk diekspor mulai awal tahun depan.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah memastikan soal berlakunya percepatan larangan ekspor komoditas nikel. Mulai berlaku 1 Januari 2020.
"Kami sudah tanda tangan PermenESDM mengenai yang intinya penghentian untuk insentif ekspor nikel bagi pembangunan smelter per tanggal 1 Januari 2020," ujar Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM, Bambang Gatot.
Salah satu alasannya adalah karena untuk menjaga cadangan dan juga mempertimbangkan banyaknya smelter nikel yang mulai beroperasi di Indonesia. "Atas dasar tersebut segala sesuatu yang berhubungan dengan nikel ekspor raw material akan berakhir pada 31 Desember 2019."
(hoi/hoi)
Halaman Selanjutnya >>>>
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Luhut: Dulu 98% Nikel Diekspor ke China, Sekarang Setop"
Post a Comment