Tak Ada yang Baru dari The Fed, IHSG Rawan Koreksi

Pada perdagangan Rabu kemarin (9/10/2019), Indeks Harga Saham Gabungan terkoreksi 0,17% ke level 6.029,16.
Tak sendirian melemah, bursa saham lainnya di Asia juga terkoreksi: indeks Nikkei terkoreksi 0,61%, indeks Hang Seng melemah 0,81%, dan indeks Straits Times berkurang 0,57%.
Riset PT Valbury Sekuritas memaparkan, sentimen positif dari dalam negeri datang dari pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani yang mengatakan, pemerintah akan terus memastikan seluruh dana repatriasi bertahan di dalam negeri, karena kondisi ekonomi dalam negeri seperti pertumbuhan ekonomi dan inflasi cukup memadai untuk berinvestasi.
Dengan perekonomian indonesia yang masih baik, pertumbuhan tinggi, dan inflasi yang terjaga, akan memberikan expected return untuk investasi relatif baik dibandingkan negara lain.
Beralih dari sana, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump mengatakan dirinya menghalangi Duta Besar AS untuk Uni Eropa (UE) Gordon Sondland bersaksi dalam perkara pemakzulan dirinya di Kongres AS. Sondland dijadwalkan bersaksi secara sukarela tentang komunikasinya dengan para pejabat Ukraina, diplomat AS, presiden dan pengacara presiden tentang panggilan telepon Trump pada 25 Juli dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelinskiy.
"Hingga Rabu IHSG ditutup masih terjaga diatas level psikologis 6.000, namun potensi tembus di bawah level psikologis cukup terbuka, pasalnya indeks Dow Jones Future yang tengah berjalan hari ini dalam posisi melemah, faktor ini akan berpengaruh bagi pasar Asia hari ini," tulis Valbury Sekuritas, Kamis (10/10/2019).
Indosurya Sekuritas mencermati, IHSG saat ini terlihat masih berada dalam rentang konsolidasi wajar, peluang kenaikan masih akan terlihat dalam pola gerak IHSG yang tentunya didukung oleh banyak faktor terutama dari dalam negeri.
Hal ini, lanjut Indosurya, tercermin dari masih tercatatnya capital inflow secara year to date yang masih tercatat lebih besar dibanding outflow sepanjang tahun sebelumnya.
"Hari ini IHSG berpotensi menguat pada kisaran 5.990 - 6.123," ungkap Indosurya.
Sementara itu, Wall Street tadi malam ditutup menguat. Pemicunya adalah laporan Bloomberg yang menyebutkan bahwa China siap menerima kesepakatan dagang secara parsial selama Presiden AS Donald Trump tak lagi mengenakan tarif. Beijing juga dikabarkan menerima konsesi non-inti seperti pembelian produk agrikultur AS.
Kenaikan sudah terbentuk pada pembukaan perdagangan pagi, dan konsisten bertahan hingga sesi penutupan Rabu. Maklum saja, jelang sehari negosiasi berjalan para pelaku pasar sungguh ingin melihat ada kesepakatan antara kedua pihak yang bertikai ini.
Negara Adidaya tersebut berencana menaikkan tarif terhadap produk impor dari China senilai US$ total $250 miliar, dari 25% menjadi 30% tepat pada tanggal 15 Oktober. Presiden AS Donald Trump mengancam kenaikan itu akan dikenakan jika tak ada kemajuan dalam negosiasi.
Di sisi lain, risalah rapat (minutes meeting) the Federal Reserve pada September lalu yang dirilis kemarin waktu setempat (dini hari waktu Indonesia Barat) cenderung berdampak netral terhadap sentimen pelaku pasar. Tidak ada hal yang baru di samping fakta bahwa The Fed mengkhawatirkan dampak perang dagang terhadap ekonomi.
Namun, bank sentral AS tersebut menilai pasar terlalu optimistis mengenai jumlah pemangkasan suku bunga acuan ke depannya. Ini mengindikasikan bahwa pandangan The Fed tidak 100% sejalan dengan arah keinginan pasar mengenai pelonggaran moneter. (hps/hps)
Halaman Selanjutnya >>>>
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Tak Ada yang Baru dari The Fed, IHSG Rawan Koreksi"
Post a Comment