Brexit: Endgame! Poundsterling Jeblok ke Bawah US$ 1,21
Jakarta CNBC Indonesia - Mata uang poundsterling Inggris jeblok melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (2/9/19). Mata uang Inggris ini kembali turun ke bawah level US$ 1,21, penyebabnya masih sama isu Brexit.Pada pukul 17:55 WIB, poundsterling diperdagangkan di level US$ 1,2077 atau melemah 0,65% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Proses keluarnya Inggris dari Uni Eropa atau yang dikenal dengan Brexit kini memasuki tahap akhir atau "endgame". Deadline Brexit pada 31 Oktober nanti, dan Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson sudah melakukan manuver politik yang bisa memuluskan langkahnya membawa Inggris keluar dari Uni Eropa dengan atau tanpa kesepakatan (no-deal).
PM Johnson menetapkan Pidato Ratu Inggris (Queen's Speech) pada 14 Oktober, yang menjadi awal resmi parlemen Inggris kembali aktif. Ini berarti Parlemen Inggris punya waktu sekitar 2 minggu membahas proposal Brexit.
Dengan singkatnya waktu pembahasan tentunya akan memberikan kesulitan bagi Parlemen Inggris, jika hingga deadline 31 Oktober tidak ada Perjanjian Penarikan (Withdrawal Agreement) yang baru, maka secara otomatis no-deal Brexit akan terjadi.
No-deal Brexit merupakan terminologi dari keluarnya Inggris dari Uni Eropa tanpa kesepakatan apapun. Kejadian ini menjadi yang paling ditakuti pelaku pasar di tahun ini. Bank sentral Inggris (Bank of England/BOE) bahkan memprediksi Negeri Ratu Elizabeth akan mengalami resesi terburuk sejak perang dunia kedua.
Parlemen Inggris akan kembali dari masa reses pada 3 September besok, dan punya waktu kurang lebih sepekan sebelum kembali reses. Pimpinan oposisi Partai Buruh, Jeremy Corbyn, mengatakan hal yang pertama dilakukan Selasa besok adalah mencoba membuat undang-undang mencegah keputusan Johnson menetapkan Queen's Speech pada 14 Oktober, di saat yang sama juga mengajukan mosi tidak percaya.
Panasnya situasi politik saat "endgame" Brexit membuat poundstserling terus tertekan. Hal ini semakin diperparah dengan dengan buruknya data aktivitas manufaktur Inggris. Data dari ISH Markit hari ini menunjukkan kontraksi sektor manufaktur Inggris semakin dalam.
Angka indeks manajer pembelian (purchasing managers' index/PMI) sektor manufaktur Inggris turun menjadi 47,4 di bulan Juli dari bulan sebelumnya 48,0 sekaligus menjadi yang terendah sejak bulan Agustus 2012.
Indeks PMI dari Markit menggunakan angka 50 sebagai batas, di bawah 50 berarti kontraksi atau aktivitas yang menurun sementara di atas 50 berarti ekspansi atau perusahaan-perusahaan manufaktur meningkatkan kegiatan usahanya.
Buruknya data manufaktur tersebut tentunya semakin membuat pelaku pasar cemas Inggris akan memasuki resesi, dan tentunya berdampak negatif bagi poundsterling.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
Halaman Selanjutnya >>>>
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Brexit: Endgame! Poundsterling Jeblok ke Bawah US$ 1,21"
Post a Comment