Search

Harga Obligasi Pemerintah Naik Signifikan di Penghujung Pekan

Harga Obligasi Pemerintah Naik Signifikan di Penghujung Pekan

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah ditutup menguat signifikan pada penutupan pasar di akhir pekan ini seiring dengan penguatan rupiah di pasar valas, tetapi masih tidak sejalan dengan koreksi dalam yang dialami pasar saham.

Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain. Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.

Seri acuan yang paling menguat adalah FR0079 yang bertenor 20 tahun dengan penurunan yield 9,7 basis poin (bps) menjadi 7,73%. Besaran 100 bps setara dengan 1%. 

 

Yield Obligasi Negara Acuan 13 Sep'19

Seri

Jatuh tempo

Yield 12 Sep'19 (%)

Yield 13 Sep'19 (%)

Selisih (basis poin)

Yield wajar IBPA 12 Sep'19 (%)

FR0077

5 tahun

6.695

6.605

-9.00

6.5571

FR0078

10 tahun

7.256

7.203

-5.30

7.1389

FR0068

15 tahun

7.702

7.651

-5.10

7.6157

FR0079

20 tahun

7.829

7.732

-9.70

7.6965

Sumber: Refinitiv

 

 

Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat. Indeks tersebut naik 0,9 poin (0,34%) menjadi 261,83 dari posisi kemarin 260,93.

Penguatan SBN hari ini juga membuat selisih (spread) yield obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan yield surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 538 bps, menyempit dari posisi kemarin 546 bps. Yield US Treasury 10 tahun naik lagi 2,4 bps hingga 1,81% dari posisi kemarin 1,79%.

Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada pasangan tenor 3 bulan-5 tahun, 2 tahun-5 tahun, 3 tahun-5 tahun, dan 3 bulan-10 tahun, yang lumrah terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada April lalu.

Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada yield tenor 2 tahun-10 tahun yang mulai hilang, sebagai indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat dibanding inversi tenor lain. Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang.

Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.

 

Yield US Treasury Acuan 13 Sep'19

Seri

Benchmark

Yield 12 Sep'19 (%)

Yield 13 Sep'19 (%)

Selisih (Inversi)

Satuan Inversi

UST BILL 2019

3 Bulan

1.956

1.959

3 bulan-5 tahun

28.8

UST 2020

2 Tahun

1.727

1.739

2 tahun-5 tahun

6.8

UST 2021

3 Tahun

1.672

1.691

3 tahun-5 tahun

2

UST 2023

5 Tahun

1.651

1.671

3 bulan-10 tahun

14.4

UST 2028

10 Tahun

1.791

1.815

2 tahun-10 tahun

-7.6

Sumber: Refinitiv

 

 

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.019,01 triliun SBN, atau 38,37% dari total beredar Rp 2.655 triliun berdasarkan data per 12 September.

Angka kepemilikannya masih positif Rp 125,76 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. Sejak akhir pekan lalu, investor asing tercatat masuk ke dari pasar SUN senilai Rp 8,44 triliun dan sejak awal bulan Rp 9,41 triliun.

Penguatan di pasar surat utang hari ini juga terjadi pada rupiah di pasar valas, yang naik 0,18% menjadi Rp 13.960 per dolar AS, sedangkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi 0,12% menjadi 6.334. Dari pasar surat utang negara berkembang dan maju, koreksi masih terjadi secara luas sehingga yield mayoritas obligasi negara naik.

Hal tersebut mencerminkan investor global sedang menghindari obligasi pemerintah karena sedang dibekap sentimen positif terkait dengan sifat instrumen utang yang dinilai lebih aman dibanding pasar ekuitas.

 

 

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang

Negara

Yield 12 Sep'19 (%)

Yield 13 Sep'19 (%)

Selisih (basis poin)

Brasil

7.31

7.31

0.00

China

3.06

3.094

3.40

Jerman

-0.538

-0.497

4.10

Prancis

-0.261

-0.217

4.40

Inggris

0.672

0.72

4.80

India

6.658

6.632

-2.60

Jepang

-0.155

-0.153

0.20

Malaysia

3.34

3.355

1.50

Filipina

4.852

4.744

-10.80

Rusia

7.01

6.98

-3.00

Singapura

1.734

1.756

2.20

Thailand

1.62

1.615

-0.50

Amerika Serikat

1.791

1.815

2.40

Afrika Selatan

8.1

8.105

0.50

 

Sumber: Refinitiv

TIM RISET CNBC INDONESIA

(ags/ags)

Halaman Selanjutnya >>>>




Bagikan Berita Ini

0 Response to "Harga Obligasi Pemerintah Naik Signifikan di Penghujung Pekan"

Post a Comment

Powered by Blogger.