Search

Dilanda Tutup Pabrik dan PHK, Ini Penjelasan Pengusaha Tekstil

Dilanda Tutup Pabrik dan PHK, Ini Penjelasan Pengusaha Tekstil

Jakarta, CNBC Indonesia - Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) tengah dilanda masalah beberapa tahun terakhir. Di sektor hulu, 9-10 pabrik sudah menutup usaha dan PHK pekerja.

Wakil Ketua Umum Badan Pengurus Harian Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Anne Patricia Sutanto, mengatakan fenomena yang terjadi atas banyaknya perusahaan tekstil di Indonesia yang tutup, karena impor dari China. Produk China makin superior daripada produk lokal karena harganya yang sangat kompetitif.

Anne menjelaskan, bahwa devaluasi atau pelemahan mata uang Yuan yang dilakukan China, membuat mereka menjual murah produk tekstilnya ke dunia, bukan hanya ke Indonesia. Sehingga pengusaha tekstil di Indonesia harus berpikir keras memikirkan strategi, agar harga tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia bisa bersaing secara harga dan kualitas dengan China.

"Otomatis kan Indonesia harus terus menerus fokus di competitiveness dan efisiensinya, supaya kita fight di dunia. Kalau satu negara digoyang, yang lain juga akan tergoyang," kata Anne saat ditemui di Kantor Kemenko Bidang Kemaritiman, Jumat (13/9/2019). 

Di sisi lain, Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto, mengakui industri tekstil dan produk tekstil (TPT) sedang banyak dililit masalah, dari sektor hulu sampai ke hilir. Oleh karena itu, Airlangga berencana untuk melakukan harmonisasi bersama dengan para pengusaha TPT. 

Anne mengakui bahwa persoalan industri tekstil sudah dibicarakan sejak lama. Hanya saja, sampai saat ini belum ditemukan titik terang untuk membenahi industri tekstil di dalam negeri. Salah satu yang menghambat adalah dari sisi regulasi.

"Kalau itu ada hubungannya dengan undang-undang. Kita minta dari legislatif power, juga perlu adaptasi secara cepat. Karena ini menjadi efek ke rakyat. Bukan kementerian terkait atau asosiasi," kata Anne yang juga Vice Chief Executive Officer PT Pan Brothers Tbk, perusahaan garmen.

Menurut Anne, apabila TPT ingin maju di Indonesia, maka Indonesia harus memiliki regulasi yang jelas dan setidaknya pengusaha bisa diberikan insentif dari pemerintah. 

"Jadi otomotif kalau kita mau Indonesia maju di TPT, kita harus siap di segi benchmarking dan seluruh negara yang (mengedepankan) manufaktur TPT. Sehingga dari sektor industri sendiri, tidak terbebani dengan aturan-aturan di Indonesia, yang menambah cost," tuturnya.

Sebelumnya, Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) mencatat 9 pabrik tutup akibat kalah bersaing dengan produk impor dalam kurun waktu 2018-2019. (hoi/hoi)

Halaman Selanjutnya >>>>




Bagikan Berita Ini

0 Response to "Dilanda Tutup Pabrik dan PHK, Ini Penjelasan Pengusaha Tekstil"

Post a Comment

Powered by Blogger.