Data Ekonomi AS Buruk, Emas Akhirnya Punya Tenaga Menguat

Buruknya data penjualan ritel AS memicu kecemasan akan resesi, yang meningkatkan permintaan emas sebagai aset aman (safe haven). Pada pukul 20:43 WIB, emas diperdagangkan di level US$ 1.484,6/troy ons, menguat 0,25% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sebelumnya, emas sempat menguat 0,69% ke US$ 1.491,2/troy ons.
Rilis data penjualan ritel AS yang buruk membuat ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) kembali menguat. Departemen perdagangan AS melaporkan penjualan ritel di bulan September turun 0,3% month-on-month (MoM).
Penurunan tersebut merupakan yang pertama dalam tujuh bulan terakhir. Rilis tersebut berbanding terbalik dengan hasil survei Reuters terhadap para ekonom yang memprediksi kenaikan 0,3%. Sementara penjualan ritel inti yang tidak memasukkan sektor otomotif dalam perhitungan turun 0,1% MoM.
Penurunan penjualan ritel di bulan September menunjukkan melambatnya belanja konsumen AS. Sektor belanja konsumen berkontribusi sekitar 66% terhadap pertumbuhan ekonomi AS. Dengan pelambatan di tersebut, pertumbuhan ekonomi Negeri Adikuasa di kuartal III-2019 tentunya akan terseret juga.
Usai rilis data tersebut probabilitas pemangkasan suku bunga di AS kembali meningkat. Berdasarkan piranti FedWatch milik CME Group, pelaku pasar melihat probabilitas sebesar 87,1% The Fed akan memangkas suku bunga 25 basis poin menjadi 1,5-1,76% di akhir bulan nanti. Probabilitas tersebut meningkat dibandingkan pagi tadi sebesar 75,4%.
Emas sekali lagi akan diuntungkan jika suku bunga di AS dipangkas. Emas merupakan aset yang dibanderol dolar AS, ketika suku bunga dipangkas, dolar AS cenderung melemah dan harga emas akan menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya. Dampaknya permintaan emas akan meningkat.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
(pap/pap)
Halaman Selanjutnya >>>>
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Data Ekonomi AS Buruk, Emas Akhirnya Punya Tenaga Menguat"
Post a Comment