Meski Bunga BI Turun, Pemerintah Pede Investasi Tetap Banjir

Jakarta, CNBC Indonesia -Kementerian Keuangan (Kemenkeu) meyakini investasi masih akan terus membanjiri Indonesia terutama di instrumen Surat Berharga Negara (SBN). Walaupun, Bank Indonesia (BI) kembali memangkas suku bunganya.

Direktur Surat Utang Negara Kementerian Keuangan, Loto Srinaita Ginting mengatakan, imbal hasil SBN dipengaruhi oleh kondisi market terutama suku bunga BI. Oleh karenanya, saat BI pangkas suku bunga maka imbal hasil pun akan turun.

Meski demikian, investor akan tetap membeli SBN yang dikeluarkan pemerintah. Hal ini karena perekonomian dalam negeri stabil dan inflasi juga terkendali. Apalagi, Indonesia mendapatkan rating layak investasi dari lembaga pemeringkat dunia.

"Iya sebab inflasi terkendali, return masih relatif bagus menarik, selama kita masih saat ini, jika bandingkan dengan peers masih cantik," ujar Loto di Gedung Dhawa Kemenkeu, Senin (21/10/2019).

Bahkan, ia menilai aliran modal ke depannya akan semakin kencang meski imbal hasil semakin mengecil. Hal ini terlihat dari lakunya SBN pemerintah meski imbal hasil turun mengikuti suku bunga BI.

Selain itu, Loto mengharapkan, ke depannya investasi yang masuk ke RI tidak hanya instrumen SBN tapi juga bisa menarik penanaman modal asing (PMA). Lantaran, PMA tidak rentan gejolak seperti investasi portfolio.

"Seperti diketahui investor membandingkan alternative investasi yang ada, sehingga jika pemerintah sebenarnya tidak hanya dari portofolio, tapi kita sebenarnya relatif orientasi lebih panjang untuk penanaman modal," kata dia.

"Kalau bisa tidak hanya sekedar portofolio investment, tapi bergerak lebih baik lagi kualitasnya untuk PMA," tegasnya.

Apalagi, ketidakpastian global seperti perang dagang dan brexit belum menemukan kesepakatan positif. Itu dinilai akan terus dicermati oleh para investor dan menjadi tantangan bagi pemerintah.

"Investor banyak mengikuti dan memonitor arahnya termasuk Brexit, seberapa lancar negosiasi ini bahwa brexit deal berjalan mulus. Kemudian geopolitik itu sejauh mana bisa membuat market menjadi khawatir. Kira-kira itu hal yang juga dipertimbangkan oleh investor." (dru/dru)