Search

Awas! Dolar AS Diprediksi Masih Bisa Lebih Kuat Lagi

Awas! Dolar AS Diprediksi Masih Bisa Lebih Kuat Lagi

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar finansial dalam negeri merah pada perdagangan Senin (11/11/19) kemarin. Rupiah, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan obligasi kompak melemah.

Sentimen pelaku pasar sedang memburuk di awal pekan, kesepakatan dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China yang masih belum jelas, ditambah lagi dengan situasi di Hong Kong yang kembali memanas, membuat aset-aset berisiko berguguran.


Bursa saham utama Asia mengalami pelemahan akibat memburuknya sentimen tersebut. IHSG melemah 0,47% ke level 6.148,74, mengikuti indeks-indeks utama seperti Nikkei Jepang yang terkoreksi 0,26%, Kospi Korea Selatan turun 0,61%. Sementara indeks Hang Seng Hong Kong dan Shanghai Chine masing-masing anjlok 2,62% dan 1,83%.

Seiring dengan IHSG, rupiah juga terpukul, bahkan hingga menyentuh level terlemah dalam dua pekan terakhir. Mata Uang Garuda melemah 0,34% ke level Rp 14.058/US$.

Rupiah tidak sendiri, mayoritas mata uang utama Asia juga melemah melawan the greenback. Tidak heran, sepanjang pekan lalu indeks dolar AS sebenarnya sedang perkasa, menguat 1,15%, tetapi mayoritas mata uang Asia, termasuk rupiah, masih mampu menguat.

Keperkasaan dolar tersebut baru terasa di Asia pada Senin kemarin.


Dari pasar obligasi, surat utang negara (SUN) juga mengalami pelemahan. Yield SUN tenor 10 tahun naik 4,2 basis poin ke level 7,014%, sekaligus menjadi yang tertinggi dalam satu pekan terakhir.

Sebagai informasi, pergerakan yield obligasi berbanding terbalik dengan harganya. Ketika yield turun, berarti harga sedang naik. Sebaliknya, ketika yield naik, berarti harga sedang turun.

Terkait perundingan kesepakatan dagang, sejak pekan Sejak pekan lalu, baik AS dan China memberikan keterangan yang kontradiktif, yang membuat pelaku pasar menjadi bingung.

Mengutip CNBC International pada Kamis (7/11/19), Juru Bicara Kementerian Perdagangan China Gao Feng mengatakan baik AS maupun China setuju untuk membatalkan rencana pengenaan berbagai bea masuk. Perundingan yang konstruktif dalam dua pekan terakhir membuat kedua negara sudah dekat dengan kesepakatan damai dagang fase I.

Namun, Peter Navarro, Penasihat Perdagangan Gedung Putih, menegaskan bahwa belum ada kesepakatan soal penghapusan bea masuk. Dia menilai China melakukan klaim sepihak.

"Sampai saat ini belum ada kesepakatan mengenai pencabutan bea masuk sebagai syarat ditandatanganinya perjanjian damai dagang fase I. Mereka (China) mencoba bernegosiasi di ruang publik," tegas Navarro dalam wawancara bersama Fox Business Network, seperti dikutip dari Reuters.

Presiden Trump juga mengkonfirmasi hal tersebut, ia mengatakan tidak setuju untuk membatalkan bea masuk, sebagaimana dilaporkan CNBC International pada Jumat waktu setempat.

Akan tetapi, China sepertinya masih ngotot memperjuangkan penghapusan bea masuk menjadi salah satu poin perjanjian damai dagang. Hu Xijin, Editor di harian Global Times yang berafiliasi dengan pemerintah, menyatakan bahwa tidak ada kesepakatan tanpa penghapusan bea masuk.

"Satu hal yang pasti adalah jika tidak ada pencabutan bea masuk, maka tidak ada perjanjian fase I," cuit Hu di Twitter.

Sementara itu, Gelombang demonstrasi di Hong Kong yang sudah terjadi selama 24 pekan, kembali memanas, bahkan semakin serius karena sudah melibatkan peluru tajam.

Senin pagi, polisi menembakkan peluru tajam yang dikabarkan melukai setidaknya satu orang pengunjuk rasa, seperti diberitakan Reuters.

"Unjuk rasa di Hong Kong sudah menjadi sentimen pemberat dalam beberapa waktu terakhir. Namun dari sisi pasar keuangan, sepertinya kejadian hari ini yang benar-benar memberi pukulan. Apabila situasi terus memburuk, maka tentu akan menjadi sentimen negatif," tegas James McGlew, Analis di Argonaut, seperti dikutip dari Reuters.

Hasilnya, sentimen pelaku pasar menjadi semakin memburuk.

[Gambas:Video CNBC]

Halaman Selanjutnya >>>>




Bagikan Berita Ini

0 Response to "Awas! Dolar AS Diprediksi Masih Bisa Lebih Kuat Lagi"

Post a Comment

Powered by Blogger.