Search

Pemilu dan Aksi Unjuk Rasa Ikut Bikin Ritel Kian Ngos-ngosan

Pemilu dan Aksi Unjuk Rasa Ikut Bikin Ritel Kian Ngos-ngosan

Jakarta, CNBC Indonesia - Dewan Pembina Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), Handaka Santosa, mengungkap sederet keluhan pelaku bisnis di sektor ritel. Rangkaian Pemilu hingga serentetan demonstrasi di Tanah Air ternyata turut membuat peritel kian ngos-ngosan.

Dia menjelaskan bahwa sebenarnya usaha ritel adalah bisnis yang menarik, karena pengusaha bergerak di bidang konsumsi. Artinya, masyarakat sebetulnya membutuhkan untuk belanja di peritel.

"Cuma keadaan keadaan selama tahun 2019 sebenarnya sangat challenging ya. Sangat mengkhawatirkan," urainya, dalam talkshow dengan CNBC Indonesia, pekan ini.


Dia menyebut, kekhawatiran pelaku pasar sudah menunjukkan gejala sejak berlangsungnya Pilkada serentak, sampai Pemilu legislatif dan Pilpres.
"Sampai kepada pelantikan itu kan diwarnai dengan gejolak sampai tiap kali ada demo selalu sampai blokir jalan, malah kejadian beberapa mal kami tutup ya. Karena tidak bisa berusaha lagi, enggak bisa operasional," keluhnya.

Hal tersebut, menurutnya membuat peritel kehilangan kesempatan. Padahal, momentum Pemilu sebenarnya punya potensi berdampak pada peningkatan penjualan sektor ritel.

"Kesempatan-kesempatan untuk bisa menaikkan penjualan menjadi terhambat sehingga malahan akan menurunkan dan kalau tetap operasional tidak akan produktif," urainya.


Kondisi demikian bukan satu-satunya kendala sektor ritel. Mantan Direktur PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) ini menilai, kalau dilihat dari segi daya beli, sebetulnya ada potensi meningkatkan seiring kenaikan upah sejak Januari 2019.

"Jadi sebenarnya di situ memang ada suatu kenaikan untuk spending power [daya beli] ya, jadi kami optimistis dengan hal itu. Tetapi dengan berjalannya waktu ternyata uang yang diperoleh tidak semuanya dibelanjakan," urainya.

Hal ini membuat kinerja sejumlah peritel begitu berat. Ia menambahkan, penjualan tahun ini tergolong lebih stagnan dibandingkan tahun lalu.

"Kalaupun beberapa perusahaan agak tumbuh di ritelnya tentunya tidak signifikan, kecil lah sekitar 5%."

Kecenderungan tersebut terjadi di hampir keseluruhan peritel. Bahkan, tidak sedikit peritel mengalami penurunan penjualan dibandingkan tahun lalu. Di sisi lain, pengeluaran terus merangkak naik.


"Entah itu menyewa pusat belanja, entah itu dari gaji dan juga dari pengeluaran pengeluaran yang lain. Tapi dengan adanya ini terpaksa para riteler juga akan mengetatkan pinggang sehingga akan sangat efisien di dalam pengeluaran-pengeluarannya," tandasnya.

Karena itu, dia banyak berharap kepada para menteri Kabinet Indonesia Maju yang baru saja dilantik. Terutama kepada menteri perdagangan dan menteri pariwisata yang baru.

Pemilu & Rangkaian Demo Ikut Bikin Ritel Kian Ngos-ngosanFoto: Presiden Joko Widodo didampingi Wakil Presiden Ma’ruf Amin memimpin sidang kabinet paripurna (BPMI Setpres/Laily Rachev)

"Banyak yang bisa kita lakukan, tetapi kapan kita bisa duduk membikin perencanaan. Karena mungkin menteri menteri yang baru baru menyesuaikan diri juga, berapa lama itu sedangkan kita kan udah harus lari terus enggak bisa stop."

Sebagai gambaran, Bank Indonesia merilis penjualan eceran pada September 2019 terpantau tumbuh melambat. Hal tersebut tercermin dari indeks penjualan riil September 2019 yang tumbuh 0,7% secara year on year atau lebih rendah dibandingkan bulan lalu yang sebesar 1,1%.

Aprindo: jangan lama-lama turunin bunga

[Gambas:Video CNBC]

Halaman Selanjutnya >>>>




Bagikan Berita Ini

0 Response to "Pemilu dan Aksi Unjuk Rasa Ikut Bikin Ritel Kian Ngos-ngosan"

Post a Comment

Powered by Blogger.