Search

Tantangan Begitu Berat, Mampukah Harga Emas Naik?

Tantangan Begitu Berat, Mampukah Harga Emas Naik?

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas menguat tipis pada perdagangan Selasa (12/11/19) kemarin merespon pidato Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump. Penguatan masih berlanjut pada perdagangan hari ini, Rabu (13/11/19), pada pukul 13:25 WIB, emas diperdagangkan di kisaran US$ 1.462,17/troy ons, atau menguat 0,35% di pasar spot, melansir data Refinitiv. 

Presiden Trump yang berpidato dalam acara Economic Club of New York menyerang China, Uni Eropa, dan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed)
Serangan terhadap China dan Uni Eropa meningkatkan tensi hubungan dagangnya. Trump menyebut China "curang" dalam kesepakatan dagang di era presiden-presiden AS sebelumnya.

"Sejak China masuk Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) pada tahun 2001, tidak ada negara yang memanipulasi atau memanfaatkan Amerika Serikat sebaik China. Saya tidak akan mengatakan "curang", tapi tidak ada yang lebih curang dari China, saya akan mengatakan itu" kata Trump dalam acara Economic Club of New York, sebagaimana dilansir CNBC International.

Trump juga menyerang Uni Eropa yang dikatakan menerapkan kebijakan perdagangan yang tidak adil.

"Banyak negara mengenakan kita bea masuk yang sangat tinggi atau menciptakan hambatan dalam perdagangan. Dan saya akan jujur, Uni Eropa, sangat, sangat sulit. Hambatan perdagangan yang mereka buat sangat mengerikan, dalam banyak hal mereka lebih buruk dari China" ujar Trump.

Serangan terhadap Uni Eropa terjadi saat kabar menyebutkan Trump akan menunda kenaikan bea masuk otomotif dari Benua Biru selama enam bulan, salah satu faktor yang membuat bursa saham Eropa menguat Selasa kemarin.

Setelah menyerang China dan Uni Eropa, Presiden Trump mengkritik The Fed yang disebut ragu-ragu dalam menurunkan suku bunga yang berdampak pada tertahannya laju pertumbuhan ekonomi serta penguatan bursa saham AS. Trump berpendapat The Fed seharusnya terus memangkas suku bunga agar AS bisa kompetitif di pasar global.

"Kita secara aktif berkompetisi dengan negara-negara yang terbuka memangkas suku bunga sehingga banyak yang dibayar ketika melunasi pinjaman mereka, atau yang dikenal dengan suku bunga negatif" kata Trump sebagaimana dilansir CNBC International. "Siapa yang pernah mendengar hal tersebut?" tanya Trump kepada audience.

"Berikan saya itu. Berikan saya uang itu. Saya ingin uang itu. Bank sentral kita tidak mengijinkan kami melakukan itu" kata Trump.

The Fed sudah tidak kali memangkas suku bunga di tahun ini masing-masing sebesar 25 basis poin, dan suku bunga (Federal Funds Rate/FFR) saat ini sebesar 1,5-1,75%.

Kali terakhir The Fed memangkas suku bunga pada akhir Oktober lalu, tetapi kala itu ketua The Fed, Jerome Powell, mengindikasikan suku bunga tidak akan dipangkas lagi, kecuali perekonomian AS memburuk.

Sikap The Fed tersebut membuat harga emas anjlok 3,7% sepanjang pekan lalu hingga menyentuh level terlemah tiga bulan.

Kurang dari 24 jam setelah Trump menyerang The Fed, Powell akan memberikan testimoni di hadapan Kongres AS. Powell kemungkinan akan menegaskan sikapnya untuk menahan suku bunga kecuali ekonomi AS memburuk. Sehingga tantangan bagi emas untuk terus menguat cukup berat pada hari ini.

Selain itu malam ini juga akan dirilis data inflasi AS, salah satu acuan The Fed dalam menentukan suku bunga. Inflasi di bulan Oktober tersebut diprediksi akan menunjukkan pertumbuhan lebih tinggi dari bulan sebelumnya. Kenaikan inflasi tentunya akan memperteguh sikap The Fed untuk tidak lagi memangkas suku bunga. 

Halaman Selanjutnya >>>>




Bagikan Berita Ini

0 Response to "Tantangan Begitu Berat, Mampukah Harga Emas Naik?"

Post a Comment

Powered by Blogger.