Search

Pasar SUN Akhirnya Terkoreksi, Tak Tahan DIterpa Efek Global

Pasar SUN Akhirnya Terkoreksi, Tak Tahan DIterpa Efek Global

Jakarta, CNBC Indonesia -Pertahanan obligasi rupiah pemerintah jebol, tidak sanggup menahan sentimen negatif sehingga ditutup terkoreksi, setelah sebelumnya berhasil bertahan di zona positif pada awal perdagangan. Turunnya harga surat utang negara (SUN) dalam jumlah kecil itu tidak senada dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain, yang justru terangkat ketika sentimen negatif ancaman resesi melanda pasar keuangan dunia. Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).   Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.

Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.

 Seri acuan yang paling melemah adalah FR0078 yang bertenor 10 tahun dengan kenaikan yield 2,3 basis poin (bps) menjadi 7,46%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.    
Yield Obligasi Negara Acuan 15 Aug'19
Seri Jatuh tempo Yield 14 Aug'19 (%) Yield 15 Aug'19 (%) Selisih (basis poin) Yield wajar IBPA 14 Aug'19 (%)
FR0077 5 tahun 6.865 6.842 -2.30 6.7408
FR0078 10 tahun 7.437 7.46 2.30 7.3896
FR0068 15 tahun 7.794 7.798 0.40 7.7653
FR0079 20 tahun 7.906 7.909 0.30 7.8785
Avg movement 0.17
Sumber: Refinitiv  Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih melemah.

Indeks tersebut turun 0,31 poin (0,12%) menjadi 257,48 dari posisi kemarin 257,8.

 Pelemahan SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 592 bps, melebar dari posisi kemarin 585 bps.  Yield US Treasury 10 tahun turun lagi 4,6 bps menjadi 1,53% dari posisi kemarin 1,58%. Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada beberapa seri, yang lumrah terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada April lalu. Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada tenor 3 bulan-10 tahun dan 2 tahun-10 tahun yang mulai terjadi pada awal tahun tetapi timbul dan tenggelam, sebagai indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat dibanding inversi tenor lain. Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang. Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis. 
Yield US Treasury Acuan 15 Aug'19
Seri Benchmark Yield 14 Aug'19 (%) Yield 15 Aug'19 (%) Selisih (Inversi) Satuan Inversi
UST BILL 2019 3 Bulan 1.959 1.923 3 bulan-5 tahun 48.1
UST 2020 2 Tahun 1.577 1.514 2 tahun-5 tahun 7.2
UST 2021 3 Tahun 1.519 1.465 3 tahun-5 tahun 2.3
UST 2023 5 Tahun 1.488 1.442 3 bulan-10 tahun 38.8
UST 2028 10 Tahun 1.581 1.535 2 tahun-10 tahun -2.1
Sumber: Refinitiv  Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.005,76 triliun SBN, atau 38,7% dari total beredar Rp 2.598 triliun berdasarkan data per 14 Agustus.  Angka kepemilikannya masih positif Rp 112,51 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. Koreksi di pasar surat utang hari ini juga di pasar ekuitas dan rupiah di pasar valas, yang masing-masingnya turun 0,16% menjadi 6.257 dan 0,14% menjadi Rp 14.260 per dolar AS. Dari pasar obligasi pemerintah, penguatan terjadi di banyak negara, kecuali Brasil, India, Filipina, Rusia, dan Afrika Selatan.  
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
Negara Yield 14 Aug'19 (%) Yield 15 Aug'19 (%) Selisih (basis poin)
Brasil 7.205 7.255 5.00
China 3.028 3.027 -0.10
Jerman -0.648 -0.681 -3.30
Prancis -0.367 -0.388 -2.10
Inggris 0.447 0.421 -2.60
India 6.518 6.62 10.20
Jepang -0.219 -0.233 -1.40
Malaysia 3.432 3.337 -9.50
Filipina 4.343 4.363 2.00
Rusia 7.34 7.38 4.00
Singapura 1.66 1.646 -1.40
Thailand 1.49 1.435 -5.50
Amerika Serikat 1.581 1.535 -4.60
Afrika Selatan 8.45 8.475 2.50
Sumber: Refinitiv  TIM RISET CNBC INDONESIA (irv/irv)

Halaman Selanjutnya >>>>




Bagikan Berita Ini

0 Response to "Pasar SUN Akhirnya Terkoreksi, Tak Tahan DIterpa Efek Global"

Post a Comment

Powered by Blogger.