Search

Neraca Dagang Diramal Tekor, Pasar Finansial Bisa Merah Lagi

Neraca Dagang Diramal Tekor, Pasar Finansial Bisa Merah Lagi

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar finansial dalam negeri merah lagi pada hari Kamis (14/11/19, mendapat tekanan bertubi-tubi sejak awal perdagangan.

Hubungan Amerika Serikat (AS) dengan China yang terlihat merenggang, kemudian bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang menegaskan tidak akan memangkas suku bunga lagi, ditambah dengan serangkaian data ekonomi buruk dari Asia kompak memberikan tekanan bagi pasar RI.

Rupiah sempat menyentuh level Rp 14.100/US$ sebelum mengakhiri perdagangan di level Rp 14.080/US$, melemah tipis 0,02%. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) lebih parah, melemah 0,71% ke level 6.098,95, itu pun sudah lebih baik setelah sebelumnya sempat anjlok 1,29% dan menyentuh level terendah satu bulan.

Mengiringi rupiah dan IHSG, obligasi Indonesia juga berada di zona merah, ini berarti sepanjang pekan ini tidak sekalipun mengalami penguatan. Yield surat utang negara (SUN) tenor 10 tahun naik 1,2 basis poin menjadi 7,08%.

Sebagai informasi, pergerakan yield obligasi berbanding terbalik dengan harganya. Ketika yield turun, berarti harga sedang naik. Sebaliknya, ketika yield naik, berarti harga sedang turun.

Hubungan antara AS-China terlihat semakin merenggang setelah CNBC International melaporkan AS sedang berusaha mendapatkan konsesi yang lebih kuat dari China untuk membuat regulasi kekayaan intelektual dan menghentikan praktik transfer paksa teknologi, sebagai gantinya AS akan membatalkan bea masuk yang seharusnya berlaku mulai 15 Desember nanti.

Di sisi lain, China kini dikabarkan ragu untuk membeli produk pertanian AS, padahal pada bulan lalu Presiden Trump mengklaim Negeri Tiongkok akan membeli produk pertanian Paman Sam senilai US$ 50 miliar sebagai bagian dari kesepakatan dagang fase satu.

Saat kabar renggangnya hubungan AS-China memberikan dampak negatif, ketua The Fed Jerome Powell memberikan tekanan tambahan.
Powell yang memberikan testimoni di hadapan Kongres AS mengatakan suku bunga saat ini sudah tepat, dan tidak akan dipangkas lagi kecuali perkeonomian AS memburuk. 

Belum selesai sampai di sana, Kamis pagi Jepang melaporkan pelambatan pertumbuhan ekonomi, begitu juga serangkaian data dari China yang mengecewakan.

Pertumbuhan ekonomi Jepang pada kuartal III-2019 tercatat 0,2% secara kuartalan yang disetahunkan (annualized). Jauh melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yang mampu tumbuh 1,8% dan menjadi laju pertumbuhan terlemah sejak kuartal III-2018.

Pertumbuhan tersebut juga jauh di bawah konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan angka pertumbuhan ekonomi Jepang kuartal III-2019 di 0,8%.

Sementara itu dari Negeri Tiongkok, produksi industri bulan Oktober hanya tumbuh 4,7% secara tahunan atau year-on-year (YoY), jauh merosot dibandingkan bulan sebelumnya 5,8%. Penjualan ritel juga bernasib sama, tumbuh 7,2% YoY, lebih rendah dari bulan September 7,8% YoY.

Sementara investasi aset tetap China pada periode Januari-Oktober 2019 tumbuh 5,2% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan tersebut lebih rendah dari periode Januari-September sebesar 5,4%.

Data-data yang dirilis pagi tadi itu memperburuk sentimen investor terhadap aset-aset berisiko. Kabar bagus akhirnya datang selepas tengah hari yang membuat sentimen pelaku pasar membaik. Jerman memberikan kejutan pada hari ini, ramai-ramai diprediksi akan mengalami resesi teknikal, perekonomian Negeri Panser justru mencatat pertumbuhan.

Biro Statistik Jerman (Destatis) melaporkan produk domestik bruto (PBD) tumbuh 0,1% quarter-on-quarter (QoQ) di kuartal III-2019. Hasil survei yang dilakukan Reuters menunjukkan PDB Jerman diprediksi berkontraksi alias minus 0,1%.

Pada kuartal II-2019, PDB Jerman mengalami kontraksi 0,1%, sehingga pertumbuhan pada periode Juli-September menghindarkannya dari resesi.
Sayangnya, kabar bagus tersebut hanya membuat rupiah dan IHSG memangkas pelemahan, belum sanggup berbalik menguat.

Halaman Selanjutnya >>>>




Bagikan Berita Ini

0 Response to "Neraca Dagang Diramal Tekor, Pasar Finansial Bisa Merah Lagi"

Post a Comment

Powered by Blogger.