Ada Kabar Baik dari AS, Harga Batu Bara Jadi Bosan Melemah

Pada perdagangan hari Selasa (13/8/2019), harga batu bara Newcastle kontrak pengiriman September ditutup menguat 0,43% ke level US$ 69,9/ton.
Sehari sebelumnya, harga batu bara yang sama melemah 0,29%.
Sentimen positif terkait perekonomian global diduga menjadi motor utama pendorong harga batu bara.
Pada hari Selasa (13/8/2019) waktu setempat, Presiden AS, Donald Trump, memutuskan untuk menunda pemberlakuan tarif 10% terhadap produk China senilai US$ 300 miliar hingga 15 Desember mendatang. Sebelumnya, Trump sempat mengancam akan mengenakan tarif tersebut mulai 1 September dan membuka peluang untuk meningkatkan besaran tarif hingga lebih dari 25%.
"Kami melakukan ini untuk musim Natal, hanya untuk berjaga-jaga bila beberapa tarif memberi dampak pada konsumen AS," ujar Trump kepada reporter di New Jersey, seperti dikutip dari Reuters.
Barang-barang yang nantinya akan dikenakan tarif merupakan produk yang sebelumnya bukan merupakan objek perang dagang, seperti pakaian jadi dan sepatu.
Keputusan tersebut dibuat tidak lama setelah Kementerian Perdagangan China mengatakan bahwa Wakil Perdana Menteri China, Liu He, telah melakukan dialog dengan beberapa pejabat urusan dagang AS.
Dikabarkan bahwa Liu He, Kepala Perwakilan Dagang AS, Robert Lighthizer, dan Menteri Keuangan AS, Steven Mnuchin, akan kembali berdialog melalui telepon dua pekan lagi.
Trump juga masih membuka kemungkinan untuk terjadinya dialog tatap muka antara delegasi dagang kedua negara pada awal September.
Kabar tersebut membuat pelaku pasar setidaknya dapat melupakan sejenak perihal risiko eskalasi perang dagang.
Sebelumnya beberapa analis memperkirakan ekonomi global bisa jatuh kepada resesi apabila perang dagang terus berlarut-larut dan semakin parah.
Setidaknya masih ada harapan kesepakatan dagang bisa dibuat. Risiko resesi perekonomian global bisa dilupakan sejenak oleh pelaku pasar.
Pertumbuhan ekonomi global akan bergerak searah dengan pertumbuhan permintaan energi, termasuk batu bara. Kala ada harapan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik, kemungkinan peningkatan permintaan energi juga semakin besar.
Akan tetapi adanya badai Lekima yang menghantam wilayah timur China sedikit membatasi penguatan harga si batu legam.
Pasalnya, badai tersebut diprediksi membawa curah hujan yang lebih tinggi di dataran China. Dengan begitu, suhu akan lebih rendah dan menurunkan konsumsi listrik untuk kebutuhan pendingin udara.
Pelemahan permintaan energi di China membawa sentimen negatif yang cukup besar di pasar batu bara global. Pasalnya, China merupakan salah satu negara importir batu bara terbesar di dunia.
TIM RISET CNBC INDONESIA (taa/hps)
Halaman Selanjutnya >>>>
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Ada Kabar Baik dari AS, Harga Batu Bara Jadi Bosan Melemah"
Post a Comment