Search

Grab Rencanakan Opsi IPO, Akankah Dual Listing di BEI?

Grab Rencanakan Opsi IPO, Akankah Dual Listing di BEI?

Jakarta, CNBC Indonesia - Co-founder sekaligus CEO Grab Anthony Tan mengatakan pihaknya siap go public atau melantai di bursa saham dengan melepas saham perdana atau initial public offering (IPO) setelah bisnisnya mencetak untung. Hanya saja belum diungkapkan bursa saham negara mana yang dituju.

Anthony mengatakan bahwa banyak unit Grab di beberapa negara akan keluar dari zona defisit dalam 12 bulan ke depan, alias sudah menghasilkan uang tahun ini.

"Begitu kita untung, maka kita dapat dengan jelas go public jika kita mau," ujar Anthony Tan seperti dikutip dari CNBC International, Jumat (15/11/2019).


"Kami terus melihat lebih banyak pasar yang mendapatkan ... lebih menguntungkan di banyak kota lain, dalam 12 bulan ke depan," imbuhnya.
Diam-diam Grab Sudah Siapkan Opsi IPO, Bursa Saham Mana?Foto: Anthony Tan, CEO Grab (CNBC Indonesia TV)

Grab yang berbasis di Singapura, telah beroperasi di delapan negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia, Vietnam dan Thailand. Grab memiliki valuasi US$ 14 miliar atau setara dengan Rp 196 triliun (asumsi kurs Rp 14.000/US$) pada Maret 2019. Tahun lalu, Grab juga telah mengakuisisi bisnis Uber di Asia Tenggara dengan skema tukar guling.
Dengan pindah tangannya bisnis Uber ke tangan Grab, kini Grab telah mengantongi 409 juta saham atau 23,2%, pada 31 Desember 2018.

Prospektus IPO Uber yang dirilis awal tahun ini, memberi sedikit petunjuk tentang jalan Grab menuju kemungkinan menjadi perusahaan publik.

"Jika Grab tidak go public pada 25 Maret 2023 maka Uber memiliki opsi untuk menggunakan hak tebusan untuk mengembalikan semua atau sebagian investasinya di Grab setiap saat setelah tanggal penebusan," seperti dikutip dalam prospektus tersebut. Itu berarti Grab mungkin membayar US$ 2,2 miliar atau Rp 31 triliun jika Uber menggunakan opsi itu.

Hak penebusan memungkinkan investor membuat perusahaan membeli kembali saham mereka setelah periode waktu tertentu.

Menurut data dari Crunchbase, Grab telah menghimpun dana lebih dari US$ 9 miliar atau Rp 126 triliun. Ini juga termasuk dana dari konglomerat Jepang SoftBank dan raksasa ride-hailing China Didi Chuxing sebagai investor.

Foto: Direktur Utama BEI Inarno Djajadi dalam selepas pembukaan OPPO Stocks in Your Hand di BEI, Jakarta (CNBC Indonesia / Syahrizal Sidik)

Dorongan IPO dari BEI
Upaya IPO ini sebetulnya juga menjadi dorongan dari Bursa Efek Indonesia (BEI) yang juga berlaku bagi kompetitor Grab yakni Gojek.

Pada 14 Oktober lalu, Direktur Utama BEI Inarno Djajadi menegaskan pihaknya mendorong perusahaan rintisan berstatus unicorn (valuasi di atas US$ 1 miliar atau sekitar Rp 14 triliun) dan decacorn (valuasi di atas US$ 10 miliar atau Rp 140 triliun) untuk bisa mencatatkan saham perdana (IPO) di bursa saham domestik dan luar negeri.

Caranya ialah dengan skema dual listing atau tercatat di dua bursa efek. Skema ini dinilai lebih realistis agar dana hasil IPO bisa diserap investor.


Menurut Inarno, perusahaan berstatus decacorn bila IPO memang cukup berat bila hanya mengandalkan investor domestik mengingat dana jumbo yang ditawarkan akan sulit diserap hanya dalam negeri, sehingga opsi dual listing bisa menjadi pilihan bagi perusahaan seperti Gojek, Grab, Tokopedia dan Bukalapak.

"Mestinya sih kalau melihat daripada listed untuk yang unicorn-unicorn memang kalau di Indonesia saja rasanya sophisticated investor mungkin masih belum. Jadi mau enggak mau ya untuk dilakukan ya dual listing. Jadi enggak di luar tapi di sini juga [listing]," kata Inarno Djajadi, di Jakarta (14/10/2019).

Selain Grab, dalam perkembangan terbaru, unicorn marketplace asal RI, Tokopedia juga menyampaikan keinginan menjadi perusahaan publik dalam beberapa tahun ke depan, kendati belum dalam waktu dekat ini.

Tokopedia, yang menurut data The Global Unicorn Club sudah bervaluasi US$ 7 miliar atau Rp 98 triliun.

Sebagai catatan, CNBC Indonesia mencatat beberapa emiten juga melakukan dual listing yakni PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) yang juga listing di New York Stock Exchange (NYSE) dan London Stock Exchange (LSE) sejak 1995.

PT Indosat Tbk (ISAT) listing di NYSE sejak 1994, kendati sudah delisting pada pertengahan 2013. Adapun PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) juga tercatat di Australian Stock Exchange (ASX). Di Bursa ASX ini, saham Antam diperdagangkan dalam bentuk Chess Depository Interests (CDI) di mana satu CDI mewakili 5 saham.

PT Timah Tbk (TINS) juga sempat tercatat di London Stock Exchange (LSE) meskipun menghapus pencatatan sahamnya (delisting) dari pada 12 Oktober 2006.


Lebih lanjut, Anthony mengatakan untuk saat ini, perusahaan akan fokus pada memberikan nilai pelanggan dan keberlanjutan sebelum mempertimbangkan IPO.

Grab akan melakukan itu dengan bekerjasama dengan pemerintah dan menjalankan program berdampak sosial untuk berinvestasi dalam jangka panjang, seperti Grab For Good.

Ketika ditanya apakah perusahaan itu siap untuk memasuki pasar modal, Anthony Tan tetap tidak menjawab secara tegas. "Itu selalu menjadi salah satu opsi, tetapi kami harus tetap bekerja dengan (mitra strategis) kami," katanya.

Simak video deretan penantang Grab di pasar transportasi online dan ojek online tanah air di bawah ini:

[Gambas:Video CNBC]

(tas/miq)

Halaman Selanjutnya >>>>




Bagikan Berita Ini

0 Response to "Grab Rencanakan Opsi IPO, Akankah Dual Listing di BEI?"

Post a Comment

Powered by Blogger.