Dear Pak Mentan, Ekspor Babi Menjanjikan Lho!

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekspor babi ternak atau daging berpeluang digenjot di tengah persoalan defisit perdagangan yang sedang dihadapi oleh Indonesia. Di atas kertas, Indonesia memang eksportir babi ternak. Saat ini, China negara yang sedang banyak butuh pasokan babi dari luar karena wabah flu babi Afrika.

Catatan Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia ekspor babi ternak ke Singapura, pada Semester I-2019 tercatat 14.893,3 ton, atau tumbuh dari 13.194,5 ton. Ada potensi yang bisa dikembangkan untuk memaksimalkan ekspor.

Sedangkan Catatan Kementerian Pertanian (Kementan) pada 2017, total ekspor babi ternak mencapai 28 ribu ton senilai US$ 59,9 juta. Sedangkan impornya pada tahun yang sama nyaris tak ada catatan.

Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman menegaskan dalam waktu dekat justru ekspor yang akan digenjot di sektor pertanian adalah buah-buahan hingga sarang burung walet, bukan komoditas babi. Sedangkan untuk ekspor ke China yang akan digenjot adalah CPO.

"Oh, jangan itu yang dicatat. Kami rencana ekspor pineapple, mango steam, sarang burung walet ke Argentina," kata Mentan Amran usai rakor pangan di Kemenko Perekonomian, Rabu (18/9)

Ketua Gabungan Usaha Peternak Babi Indonesia (GUPBI) Bali Ketut Hari Suyasa kepada CNBC Indonesia, Rabu (18/9), mengatakan Bali sebagai sentra babi ternak memang belum mengekspor ke luar negeri termasuk ke China. Selama ini babi Bali lebih banyak diperdagangkan antar pulau, khususnya Pulau Jawa.

"Tahun 1960-an kita sempat ekspor babi ke Singapura, sekarang tidak lagi," katanya.

Ia bilang semenjak grup besar peternakan babi mendirikan peternakan babi dari Pulau Bulan, Batam, maka ekspor babi ke Singapura dipasok utama dari Batam. Peternakan babi ke Pulau Bulan sudah ada sejak 1986.

"Peternak babi di Bali umumnya adalah peternak perorangan, yang menganggap babi menguntungkan untuk celengan, tapi kalau tak lagi bagus harganya mereka tak ternak babi," katanya. (hoi/hoi)