Malu! Investasi Disalip, Ekspor RI Juga Kalah dari Vietnam
"Kita merasa malu tersusul Vietnam di 2012 sehingga sekarang (nilai ekspor TPT) Vietnam US$ 48 Miliar, kita masih di US$ 13 Miliar," ucap Ade dalam diskusi penyelamatan Industri TPT Nasional di kantor Kadin, Jakarta, Senin (9/9/2019).
Ia memandang sebagian pengusaha TPT di Indonesia memilih berproduksi untuk pasar domestik. Menurutnya, nilai pasar domestik TPT hanya US$ 13 miliar per tahun. Pasar ini juga sebagian direbut oleh produk impor terutama kain. Sehingga industri di dalam negeri sudah seharusnya juga berorientasi ekspor.
"Sayangnya pasar domestik juga dikuasai produk impor kalau dikuasai produk impor berarti ada indikasi produk kita tidak berdaya saing," katanya.
"Suka atau tidak, industri kita tidak berdaya siang. Mau pakai anti-dumping, subsidi, atau alasan apapun, jelas di pasar mereka (produk impor) menjual lebih murah daripada kita," kata Ade.
Ia menilai murahnya barang impor tersebut terjadi karena produsen di sana melakukan efisiensi. Hal ini perlu dilakukan di Indonesia sehingga produk Indonesia mampu berdaya saing.
"Efisien bukan hanya di pabrik, tetapi juga (harus diterapkan) government," tuturnya.
Para pengusaha TPT sudah mengusulkan kepada pemerintah untuk menerapkan kebijakan safeguard atau perlindungan perdagangan terhadap sejumlah produk impor. Usulan ini menyusul minimnya serapan produk hulu TPT yang kalah bersaing dengan membanjirnya bahan baku impor.
Selain itu, pengusaha Indonesia pun harus lebih efisien dalam hal proses produksi dibanding barang impor. Proses produksi TPT Indonesia untuk garmen saat ini selama 120 hari.
"Lead time maksudnya waktu produksi harus lebih pendek dari mereka. Artinya suka atau tidak supplier lokal dengan garmen ekspor harus well connected," katanya. (hoi/hoi)
Halaman Selanjutnya >>>>
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Malu! Investasi Disalip, Ekspor RI Juga Kalah dari Vietnam"
Post a Comment