Ngeri Sedap, Fund Manager Makin Takut Resesi Bakal Terjadi!

Jakarta, CNBC Indonesia - Risiko akan terjadinya resesi pada perekonomian dunia makin tinggi. Dalam survei terhadap beberapa fund manager, disebutkan bahwa ketakutan akan terjadinya resesi global mencapai tingkat tertinggi sejak Agustus 2009 atau dalam sepuluh tahun.

Para fund manager menilai, pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat, perdagangan yang terganggu, hingga ketidakpastian politik menjadi sentimen negatif saat ini.

Hasil survei dari Bank of America Merril Lynch Fund Manager periode September 2019 menghasilkan, 38% investor yang disurvei memproyeksi terjadinya resesi tahun depan. Angka ini meningkat dari 34% di Agustus lalu.

Risiko dan Kesempatan

Dilansir dari CNBC International, Selasa (17/9/2019), survei ini melibatkan 235 koresponden yang merupakan fund manager yang mengelola aset keuangan bernilai US$ 683 miliar atau sekitar Rp 9.500 triliun. Para koresponden melihat fiskal stimulus di Jerman bisa membawa efek positif bagi aset-aset keuangan berisiko. Kemudian penurunan bunga acuan di Amerika Serikat (AS) sebanyak 50 basis poin dan juga belanja infrastruktur China bisa membawa efek positif yang sama.

Keberlanjutan perang dagang antara AS-China menjadi risiko terbesar bagi para investor. Sebanyak 38% responden mengatakan kondisi perang dagang ini adalah kondisi 'new normal'. Sementara 30% responden mengatakan akan ada resolusi perang dagang sebelum pemilu presiden di AS berlangsung pada 2020.

Selain perang dagang, ketidakmampuan kebijakan moneter dan bubble pasar obligasi menjadi dua kekhawatiran terbesar investor.

Dalam survei ini disebut, para fund manager mengurangi alokasi obligasi dalam portofolio investasinya, dan sedikit menambah jatah saham dalam portofolionya.

Kepala Strategi Investasi Merrill Lynch, Michael Hartnett, mengatakan stimulus fiskal saat ini menjadi pendorong utama untuk meningkatkan optimisme investor.

[Gambas:Video CNBC]

(wed/dru)