Search

Data Ekspor-Impor dan Minyak Naik Bikin Harga SUN Terkoreksi

Data Ekspor-Impor dan Minyak Naik Bikin Harga SUN Terkoreksi

Jakarta, CNBC Indonesia -Pasar obligasi rupiah semakin terkoreksi setelah kontraksi harga minyak mentah pada akhir pekan lalu ditambah faktor pengumuman data pertumbuhan neraca perdagangan Agustus yang lebih lambat daripada prediksi.Data perdagangan Refinitiv hingga siang ini (16/9/19) menunjukkan harga obligasi turun tipis pada awal perdagangan hari ini. Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain.Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield). Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.Seri acuan yang paling melemah adalah FR0077 yang bertenor 5 tahun dengan kenaikan yield 3,9 basis poin (bps) menjadi 6,64%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.

Yield Obligasi Negara Acuan 16 Sep'19

Seri

Jatuh tempo

Yield 13 Sep'19 (%)

Yield 14 Sep'19 (%)

Selisih (basis poin)

Yield wajar IBPA 13 Sep'19 (%)

FR0077

5 tahun

6.605

6.644

3.90

6.5571

FR0078

10 tahun

7.203

7.227

2.40

7.1389

FR0068

15 tahun

7.651

7.68

2.90

7.6157

FR0079

20 tahun

7.732

7.741

0.90

7.6965

Avg movement

2.53

Sumber: Refinitiv


Pelemahan SBN hari ini juga membuat selisih (spread) yield obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan yield surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 532 bps, melebar dari posisi kemarin 530 bps.

Yield US Treasury 10 tahun naik 0,2 bps hingga 1,9% dari posisi akhir pekan lalu 1,89%.

Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada pasangan tenor 3 bulan-5 tahun, 2 tahun-5 tahun, 3 tahun-5 tahun, dan 3 bulan-10 tahun, yang lumrah terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada April lalu.

Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada yield tenor 2 tahun-10 tahun yang mulai terjadi pada awal tahun tetapi timbul dan tenggelam, sebagai indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat dibanding inversi tenor lain.

Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang.

Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.

Yield US Treasury Acuan 16 Sep'19

Seri

Benchmark

Yield 13 Sep'19 (%)

Yield 14 Sep'19 (%)

Selisih (Inversi)

Satuan Inversi

UST BILL 2019

3 Bulan

1.961

1.966

3 bulan-5 tahun

20.9

UST 2020

2 Tahun

1.802

1.804

2 tahun-5 tahun

4.7

UST 2021

3 Tahun

1.761

1.766

3 tahun-5 tahun

0.9

UST 2023

5 Tahun

1.751

1.757

3 bulan-10 tahun

6.5

UST 2028

10 Tahun

1.899

1.901

2 tahun-10 tahun

-9.7

Sumber: Refinitiv

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.019,01 triliun SBN, atau 38,37% dari total beredar Rp 2.655 triliun berdasarkan data per 12 September.

Angka kepemilikannya masih positif Rp 125,76 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih aik dari 37,71% pada periode yang sama. Sejak akhir pekan lalu, investor asing tercatat masuk ke dari pasar SUN senilai Rp 8,44 triliun dan sejak awal bulan Rp 9,41 triliun.

Koreksi di pasar surat utang hari ini juga terjadi pada IHSG dan rupiah di pasar valas, yang turun 1,75% menjadi 6.221 serta 0,54% menjadi Rp 14.035 per dolar AS.

Dari pasar surat utang negara berkembang dan maju, koreksi terjadi sehingga yield mayoritas obligasi negara naik. Hal tersebut mencerminkan investor global sedang menghindari obligasi pemerintah.

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang

Negara

Yield 13 Sep'19 (%)

Yield 14 Sep'19 (%)

Selisih (basis poin)

Brasil

7.375

7.415

4.00

China

3.094

3.11

1.60

Jerman

-0.453

-0.446

0.70

Prancis

-0.18

-0.169

1.10

Inggris

0.76

0.762

0.20

India

6.63

6.704

7.40

Jepang

-0.155

-0.157

-0.20

Malaysia

3.34

3.355

1.50

Filipina

4.731

4.744

1.30

Rusia

7.01

7

-1.00

Singapura

1.757

1.782

2.50

Thailand

1.615

1.6

-1.50

Amerika Serikat

1.899

1.901

0.20

Afrika Selatan

8.1

8.14

4.00

Sumber: Refinitiv

 

 

TIM RISET CNBC INDONESIA

(irv/hps)

Halaman Selanjutnya >>>>




Bagikan Berita Ini

0 Response to "Data Ekspor-Impor dan Minyak Naik Bikin Harga SUN Terkoreksi"

Post a Comment

Powered by Blogger.