Search

Didukung Pasar, Lelang SUN Capai Rekor Tertinggi 2 Bulan

Didukung Pasar, Lelang SUN Capai Rekor Tertinggi 2 Bulan

Jakarta, CNBC Indonesia - Lelang obligasi pemerintah hari ini ramai dan mencetak rekor penerbitan tertinggi sejak 18 Juni, di tengah penguatan pasar akibat mengaburnya kekhawatiran perang dagang menjelang pertemuan Amerika Serikat (AS)-China bulan ini dan awal bulan depan.

Nilai penerbitan surat utang negara (SUN) dalam lelang mencapai Rp 23,25 triliun, di atas rerata sejak awal tahun Rp 21,33 triliun dan dari penerbitan lelang terakhir Rp 17,3 triliun.

Jumlah penawaran dari peserta lelang mencapai Rp 44,72 triliun, lebih tinggi daripada lelang sebelumnya Rp 29,1 triliun meskipun masih lebih rendah daripada rerata per lelang sejak awal tahun Rp 49,37 triliun.

Positifnya pasar keuangan domestik mendukung hasil lelang sehingga membuat pelaku pasar agresif dalam melempar permintaan dalam lelang. Harga obligasi rupiah pemerintah ditutup menguat hari ini dan menggenapkan reli sejak Rabu pekan lalu.

Turunnya tensi perang dagang juga didukung potensi penurunan suku bunga di Uni Eropa dan AS dan memberikan angin segar di tengah paceklik sentimen positif sejak retaliasi China terhadap kebijakan penaikan tarif sepihak AS.

Naiknya harga SUN itu tidak senada dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain. Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan hasil investasi juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.

Seri acuan yang paling menguat adalah FR0068 yang bertenor 15 tahun dengan penurunan yield 7 basis poin (bps) menjadi 7,69%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.

Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat. Indeks tersebut naik 0,36 poin (0,14%) menjadi 260,78 dari posisi kemarin 260,42.

Penguatan SBN hari ini juga membuat selisih (spread) yield obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan yield surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 562 bps, menyempit dari posisi kemarin 567 bps. Yield US Treasury 10 tahun naik 1 bps hingga 1,63% dari posisi kemarin 1,62%.

Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi yield pada pasangan tenor 3 bulan-5 tahun, 2 tahun-5 tahun, 3 tahun-5 tahun, dan 3 bulan-10 tahun, yang lumrah terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada April lalu.

Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yield yang terjadi pada yield tenor 2 tahun-10 tahun yang mulai hilang sejak pekan lalu, sebagai indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat dibanding inversi tenor lain.

Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang. Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator tekanan ekonomi.

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.011,61 triliun SBN, atau 38,43% dari total beredar Rp 2.632 triliun berdasarkan data per 9 September.

Angka kepemilikannya masih positif Rp 118,36 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. Sejak akhir pekan lalu, investor asing tercatat masuk ke pasar SUN senilai Rp 1,04 triliun dan sejak awal bulan sudah surplus Rp 2,01 triliun.

Penguatan di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas yang naik 10 poin (0,17%) menjadi 6.336 untuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), sedangkan rupiah di pasar valas masih turun 0,14% menjad Rp 14.045 per dolar AS.

Dari pasar surat utang negara, mayoritas negara berkembang dan negara maju mengalami koreksi sehingga yield mayoritas obligasi negara tersebut naik.

Hal tersebut mencerminkan investor global sedang menghindari obligasi pemerintah karena sedang dibekap sentimen positif terkait dengan sifat instrumen utang yang dinilai lebih aman dibanding pasar ekuitas.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(irv/irv)

Halaman Selanjutnya >>>>




Bagikan Berita Ini

0 Response to "Didukung Pasar, Lelang SUN Capai Rekor Tertinggi 2 Bulan"

Post a Comment

Powered by Blogger.